Dunia yang akan ditinggali anak-anak
kita berubah empat kali lebih cepat daripada sekolah-sekolah kita ( Williard
Daggett).
·
Satu-satunya cara untuk meramalkan
masa depan adalah dengan menciptakannya. (Alan Kay)
Dua nasihat bijak di atas
menggambarkan betapa perubahan itu cepat terjadi dan tidak seorangpun yang
mampu meramalkannya. Salah satu jalan untuk meramalkan masa depan adalah
mengendalikan masa depan dengan menciptakan masa depan itu sendiri.
Masa depan sejatinya penuh dengan
ketidakpastian. Tak seorang pun mampu memperkirakan masa depan secara
valid. Kejutan-kejutan selalu muncul di luar kalkulasi akal manusia.
Menciptakan masa depan yang lebih
baik adalah cita-cita semua orang. Karenanya setiap orang belajar, sebagai
sebuah upaya perwujudan cita-cita. Sekolah sebagai tempat belajar sejatinya
mengemban tugas yang berat yakni mewujudkan cita-cita pembelajar sebagai sebuah
upaya pemanusian manusia. Artinya sekolah harus futuristik dan bukannya
menjajakan sesuatu yang telah basi atau sesuatu yang tidak berguna bagi masa
depan karena telah usang.
Sekolah yang tidak mampu
mengantarkan cita-cita pembelajar adalah sekolah yang gagal. Sekolah yang
demikian mestinya sadar diri dengan mengambil langkah segera merevolusi
institusinya atau membubarkan diri. Jika satu dari dua langkah tersebut tidak
diambil berarti sama saja mencetak generasi gagal secara massal dan
berkelanjutan.
Merevolusi institusi sama halnya
dengan mendesain sekolah masa depan. Sekolah harus mampu meninggalkan sistem
pendidikan tradisional yang sudah kedaluwarsa. Sekolah tradisional yang masih
banyak kita praktikkan merupakan model pembelajaran abad ke-19 yang memiliki
beberapa kekurangan antara lain; kehilangan konteks dengan dunia nyata, kurang
menghargai kemajemukan siswa, dan terpusat pada guru. Bahkan dari sisi
fasilitas, lembaga sekolah di tanah air masih jauh dari standar pelayanan
minimal pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah, khususnya sekolah swasta
pinggiran.
Dunia terus bergerak untuk berubah
namun kita kurang peduli dengan perubahan itu. Kurikulum terus berganti namun
banyak guru yang kurang adaptif dalam menyikapi dinamika perubahan kurikulum.
Meskipun ditatar berulang kali banyak guru yang tetap mengajar dengan pola
lama. Habitus nyantai telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Konsep Sekolah Masa Depan
Mendesain sekolah masa depan mencakup beberapa aspek yang
antara lain meliputi apa yang harus diajarkan di sekolah dan tujuan
belajar di sekolah. Ada lima teori utama tentang apa yang harus diajarkan di
sekolah ( Dryden dan Vos, 1999). Pertama; esensialisme, berisikan mata
pelajaran inti, dibutuhkan untuk pendidikan yang baik. Essensialisme diberikan
kepada usia dini. Materinya berkaitan dengan penanaman nilai untuk membangun
karakter. Kedua; ensiklopedisme, mencakup mata pelajaran dasar
dengan cakupan yang lebih luas dan terbuka bagi semua orang. Ketiga,
model pendidikan awal yang berbasis indera, model ini pertama kali diusung oleh
Aristoteles kemudian dikembangkan oleh Itard, Seguin, Rousseau, Pestallozi,
Froebel, dan Montessori. Keempat, gerakan pragmatis yang berorientasi
pada anak. Gerakan pragmatis dapat ditelusuru dari konsep John Dewey dalam Experiencing
and Learning. Kelima, pendekatan akal sehat (common sense),
dalam pendekatan ini menggunakan akal sehat dan kritis terhadap dogma.
Pendekatan akal sehat menggunakan prisip-prinsip filsafatai yang mencakup tiga
domain utama yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Implementasi
dari lima teori tentang apa yang harus diajarkan di sekolah berangkat dari
periodesasi usia dan pembelajaran yang sistematis, tidak terputus-putus dan
tidak overlap.
Aspek kedua adalah tujuan belajar, tujuan ini sangat
bergantung pada visi dan misi institusi penyelenggara pendidikan. Meskipun
demikian belajar seharusnya memiliki tiga tujuan ( Dryden dan Vos, 1999):
- Mempelajarai keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik.
- Mengembangkan kemampuan konseptual umum.
- Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan kita.
Rencana Starategis
Rencana strategis menjadi action
plan penyelenggara pendidikan dalam membangun masa depan.
1. ‘Sekolah
berpikir’ didesain untuk menjadi pusat bagi pembelajaran berkelanjutan (sustainable).
Konsep ini meninggalkan model banking concept yang hanya sekedar
menuangkan materi ke siswa. Mestinya sekolah melatih berfikir bukan mengisi
pikiran siswa.
2. Disediakan
2,5 juta dollar Amerika bagi setiap sekolah untuk pengadaan teknologi
informasi. Di negara Indonesia sudah digulirkan Jardiknas hanya saja belum
semua siap menyambut kebijakan tersebut.
3. Satu
komputer di sekolah untuk setiap dua siswa dalam lima tahun.
4. Berpikir
kreatif sebagai bagian dari kurikulum baru untuk mencapai keunnguulan di bidang
matematika dan sains.
5. Kurikulum
juga ditujukan untuk membangun kebanggaan atas prestasi yang diraih.
6. Inovasi
yang bersifat ‘top down’ ditinggalkan. Di negara Indonesia telah dikembangkan
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) , hanya implementasinya yang relatif kurang.
7. Sekolah-sekolah
dikelompokkan untuk menyebarluaskan praktik-praktik terbaik. Dalam konteks ini
dapat didesain madrasah atau sekolah satelit yang bertugas meningkatkan
kualitas madrasah yang menjadi tanggung jawabnya.
Contoh rencana induk tersebut di atas dapat menjadi acuan
dalam pengembangan institusi di madrasah yang kita kelola. Dari rencana induk
setiap institusi dapat mendesain masa depan sekolahnya. Tanpa adanya rencana
induk dan action plan maka masa depan sekolah dan produknya akan out
of date. Dan ujungnya adalah ketidakpercayaan pada lembaga sekolah. Sekolah
harus mentransformasi diri ke arah yang baik jika tidak maka school is dead
seperti yang dikumandangkan Neil Postman akan jadi kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar