Kamis, Juli 08, 2010

Menciptakan Mada Depan Bangsa Melalui Pendidikan






Dunia yang akan ditinggali anak-anak kita berubah empat kali lebih cepat daripada sekolah-sekolah kita ( Williard Daggett).

·        Satu-satunya cara untuk meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannya. (Alan Kay)

Dua nasihat bijak di atas menggambarkan betapa perubahan itu cepat terjadi dan tidak seorangpun yang mampu meramalkannya. Salah satu jalan untuk meramalkan masa depan adalah mengendalikan masa depan dengan menciptakan masa depan itu sendiri.
Masa depan sejatinya penuh dengan ketidakpastian. Tak seorang pun mampu memperkirakan masa depan secara valid. Kejutan-kejutan selalu muncul di luar kalkulasi akal manusia.
Menciptakan masa depan yang lebih baik adalah cita-cita semua orang. Karenanya setiap orang belajar, sebagai sebuah upaya perwujudan cita-cita. Sekolah sebagai tempat belajar sejatinya mengemban tugas yang berat yakni mewujudkan cita-cita pembelajar sebagai sebuah upaya pemanusian manusia. Artinya sekolah harus futuristik dan bukannya menjajakan sesuatu yang telah basi atau sesuatu yang tidak berguna bagi masa depan karena telah usang.
Sekolah yang tidak mampu mengantarkan cita-cita pembelajar adalah sekolah yang gagal. Sekolah yang demikian mestinya sadar diri dengan mengambil langkah segera merevolusi institusinya atau membubarkan diri. Jika satu dari dua langkah tersebut tidak diambil berarti sama saja mencetak generasi gagal secara massal dan berkelanjutan.
Merevolusi institusi sama halnya dengan mendesain sekolah masa depan. Sekolah harus mampu meninggalkan sistem pendidikan tradisional yang sudah kedaluwarsa. Sekolah tradisional yang masih banyak kita praktikkan merupakan model pembelajaran abad ke-19 yang memiliki beberapa kekurangan antara lain; kehilangan konteks dengan dunia nyata, kurang menghargai kemajemukan siswa, dan terpusat pada guru. Bahkan dari sisi fasilitas, lembaga sekolah di tanah air masih jauh dari standar pelayanan minimal pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah, khususnya sekolah swasta pinggiran.
Dunia terus bergerak untuk berubah namun kita kurang peduli dengan perubahan itu. Kurikulum terus berganti namun banyak guru yang kurang adaptif dalam menyikapi dinamika perubahan kurikulum. Meskipun ditatar berulang kali banyak guru yang tetap mengajar dengan pola lama. Habitus nyantai telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Konsep Sekolah Masa Depan
Mendesain sekolah masa depan mencakup beberapa aspek yang antara lain meliputi apa yang harus diajarkan di sekolah dan tujuan belajar di sekolah. Ada lima teori utama tentang apa yang harus diajarkan di sekolah ( Dryden dan Vos, 1999). Pertama; esensialisme, berisikan mata pelajaran inti, dibutuhkan untuk pendidikan yang baik. Essensialisme diberikan kepada usia dini. Materinya berkaitan dengan penanaman nilai untuk membangun karakter. Kedua; ensiklopedisme, mencakup mata pelajaran dasar dengan cakupan yang lebih luas dan terbuka bagi semua orang. Ketiga, model pendidikan awal yang berbasis indera, model ini pertama kali diusung oleh Aristoteles kemudian dikembangkan oleh Itard, Seguin, Rousseau, Pestallozi, Froebel, dan Montessori. Keempat, gerakan pragmatis yang berorientasi pada anak. Gerakan pragmatis dapat ditelusuru dari konsep John Dewey dalam Experiencing and Learning. Kelima, pendekatan akal sehat (common sense), dalam pendekatan ini menggunakan akal sehat dan kritis terhadap dogma. Pendekatan akal sehat menggunakan prisip-prinsip filsafatai yang mencakup tiga domain utama yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Implementasi dari lima teori tentang apa yang harus diajarkan di sekolah berangkat dari periodesasi usia dan pembelajaran yang sistematis, tidak terputus-putus dan tidak overlap.
Aspek kedua adalah tujuan belajar, tujuan ini sangat bergantung pada visi dan misi institusi penyelenggara pendidikan. Meskipun demikian belajar seharusnya memiliki tiga tujuan ( Dryden dan Vos, 1999):
  1. Mempelajarai keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik.
  2. Mengembangkan kemampuan konseptual umum.
  3. Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan kita.
Rencana Starategis
Rencana strategis menjadi action plan penyelenggara pendidikan dalam membangun masa depan.
1. ‘Sekolah berpikir’ didesain untuk menjadi pusat bagi pembelajaran berkelanjutan (sustainable). Konsep ini meninggalkan model banking concept yang hanya sekedar menuangkan materi ke siswa. Mestinya sekolah melatih berfikir bukan mengisi pikiran siswa.
2. Disediakan 2,5 juta dollar Amerika bagi setiap sekolah untuk pengadaan teknologi informasi. Di negara Indonesia sudah digulirkan Jardiknas hanya saja belum semua siap menyambut kebijakan tersebut.
3. Satu komputer di sekolah untuk setiap dua siswa dalam lima tahun.
4. Berpikir kreatif sebagai bagian dari kurikulum baru untuk mencapai keunnguulan di bidang matematika dan sains.
5. Kurikulum juga ditujukan untuk membangun kebanggaan atas prestasi yang diraih.
6. Inovasi yang bersifat ‘top down’ ditinggalkan. Di negara Indonesia telah dikembangkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) , hanya implementasinya yang relatif kurang.
7. Sekolah-sekolah dikelompokkan untuk menyebarluaskan praktik-praktik terbaik. Dalam konteks ini dapat didesain madrasah atau sekolah satelit yang bertugas meningkatkan kualitas madrasah yang menjadi tanggung jawabnya.
Contoh rencana induk tersebut di atas dapat menjadi acuan dalam pengembangan institusi di madrasah yang kita kelola. Dari rencana induk setiap institusi dapat mendesain masa depan sekolahnya. Tanpa adanya rencana induk dan action plan maka masa depan sekolah dan produknya akan out of date. Dan ujungnya adalah ketidakpercayaan pada lembaga sekolah. Sekolah harus mentransformasi diri ke arah yang baik jika tidak maka school is dead seperti yang dikumandangkan Neil Postman akan jadi kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar